Tidak ada yang benar-benar kebetulan, termasuk pertemuan kami. Semuanya bermula saat dia datang ke Ulubelu sebagai peserta Kampus Mengajar. Aku, yang sejak lama tinggal di sana, awalnya hanya menganggap kedatangannya seperti orang lewat pada umumnya singgah, lalu pergi. Tapi justru di sanalah perkenalan kecil itu terjadi. Sederhana, bahkan mungkin terlalu iseng untuk dianggap serius. Namun dari percakapan ringan yang tampak biasa, perlahan tumbuh rasa yang terasa berbeda. Kami tidak langsung dekat, tidak pula tiba-tiba akrab, tapi pertemuan itu meninggalkan jejak yang tak mudah hilang. Seolah-olah semesta sengaja menyimpan cerita ini untuk dilanjutkan di waktu yang lebih tepat.